Perjalanan panjang menuju puncaknya para dewa puncak mahameru #gunungsemeru
Beredar ajakan dari teman teman saya bahwa mereka ingin berkunjung ke tempat istimewah di pulau jawa, gunung yang memiliki keindahan yang tak ada habisnya, gunung impian para pendaki. Gunung semeru 3676 mdpl.
Tanggal 14 juni 2019 saya memesan tiket kereta sekaligus boking online simaksi gunung semeru, karena teman teman sama sudah membeli tiket kereta lebih awal akhirnya saya mengajak teman saya yang bernama nday untuk ikut dalam pendakian kali ini dan ia pun mengiyakan saja, yasudah berangkat.
Tanggal 30 juni 2019 saya mempacking baju dan peralatan mendaki yang dimana pendakian ini cukup berat karena medan dan cuaca yang beredar di gunung semeru sangatlah ekstrim, setelah peralatan lengkap, dengan carrier dengan volume 60L full saya beristirahat untuk esok hari harus melesat ke kota Malang.
Tanggal 1 juli 2019 pukul 08.00 wib saya mengeluarkan carrier saya dari dalam kamar saya untuk melesat ke stasiun serpong stasiun dimana saya dan nday berjanji akan kumpul disana, setelah semua siap saya berpamitan dengan ibu saya dan ibu saya selalu berpesan kalau dimana mana jangan nakal jaga etika dan selalu hati hati. Itulah pesan ibu saya yang selalu saya dengar ketika ingin bepergian, pukul 08.15 wib saya di antar kakak saya menuju stasiun serpong dan baru bertemu nday pada pukul 08.45 wib cukup lumayan lama saya menunggu nday, ketika nday sudah sampai langsung saja saya memesan tiket untuk tujuan stasiun pasar senen sampai pada pukul 11.30 wib disana saya langsung mencari makan dan menukar tiket yang sudah saya boking di online tak lama suara adzan zhuhur berkumandang akhirnya sejenak saya dan nday pergi ke musolah stasiun pasar senen, setelah solat saya nday dan jamaah lainnya menjama solat ashar dimana waktu ashar saya ada dalam perjalanan. Tak terasa jarum sudah menunjuk pukul 12.45 saatnya masuk ke dalam kereta, pukul 13.00 kereta mulai berjalan menuju stasiun akhir Malang. Jam demi jam berlalu saya dan nday tiba pada pukul 02.50 wib hampir pukul 3 pagi, saat sampai di stasiun saya terus mengabarkan teman saya yang baru saja pulang dari Sulawesi tapi tak kunjung di balas. setelah semua telpon serta wa saya tak kunjung di balas saya dan nday pun keluar dari stasiun, ketika di luar stasiun sudah banyak sopir angkot yang menghampiri saya dan nday untuk manawarkan jasa mengantarkan saya dan nday ke tumpang, tapi kami menolak karena kami sudah ada channel untuk mengantar kami ke tumpang bahkan sampai ke basecamp.
Malam berganti pagi dengan alunan merdu suara adzan subuh entah dari mana asalnya, ingin saya mencari alunan suara itu sekaligus menjalankan kewajiban saya sebagai muslim. Tapi semuanya rasa ingin saya tertunda seiring pulasnya tidur nday yang tak enak di tinggal sendirian, ingin membangunkan tapi tak kunjung bangun. Sampai langit tak lagi gelap kini berganti dengar biru tua yang lama kelamaan berganti menjadi biru muda. Para manusiapun berlalu lalang lewat kesana kesini sambil mengobrol terkadang candaan anak kecil laki laki yang mengingatkan saya pada masa kecil saya ketika orang tua saya masih komplit ketika bapak membawa saya kesebuah kebun binatang tak jauh dari kota asal saya dengan keluarga besar ayah saya yang didalamnya sudah pasti ada tawa canda dari para sepupu bahkan paman paman saya, kini saya yang sudah beranjak ke dewasa sudah mulai berjalan sendiri mengikuti akan kata hati untuk menyelesuri Indonesia ini.
Pagi munujukan pukul 6 pagi waktu setempat, terlihat ada warung di seberang taman sana memanggil kami untuk sarapan pagi. Tetapi sampainya kami di warung bukan makananlah yang kami pesan dahulu tetapi minuman favorit kami saya memesan kopi dengan segudang rasanya bagi saya, dan susu jahe kesukaan nday yang baginya minuman tersebut mengandung banyak kehangatan.
Jarum pendek jam sudah bergeser ke arah angka 7 dimana seharusnya teman teman saya sampai kala itu tetapi saya tunggu di depan stadium tidak hadir juga teman teman saya, kini sudah jam setengah 8 teman saya tak kunjung kelihatan batang hidungnya, yasudah saya berjalan menuju nday yang sedang asik meminum susu jahenya yang sudah tak lagi panas. Tak lama kemudian kami sudah tidak tahan lagi lapar ini setelah semalam kami memakan nasi goreng di kereta yang porsi sangat sedikit yang bagi saya tidak setimpal dengan harganya yang selangit. Kami makan seporsi soto ayam dengan 2 piring nasi, satu mangkok soto di bagi untuk 2 orang hal ini sering saya lakukan dengan sahabat saya satu ini ketika kami harus irit irit soal keuangan jadi bagi saya dan sahabat saya ini sudah biasa.
Menit sudah bertambah hingga jarum pendek jam memaksa untuk mengarah ke angka 8 pagi banyak manusia manusia yang membawa carrier seperti kami berlalu lalang namun saya perjelan melihat ke arah wajah manusia itu, tetapi bukan teman saya juga hingga ada sekelompok manusia yang menatap kami berdua dari kejauhan saya fokuskan tatapan saya lalu mereka melambaikan tangan lalu saya balik melambaikan tangan saya mereka makin mendekat baru saya lihat wajah yang sudah tidak asing lagi wajah wajah lama yang telah menemani perjalanan hidup saya kala berseragam putih biru. Mereka sudah lengkap ber8 tinggal nunggu teman kami yang satu lagi yang baru saja turun dari puncak Mario di Sulawesi sama.
Ketika saya baru saja kembali dari tukang fotocopy saya melihat satu orang di tengah teman teman saya bukan dari rombongan teman saya yang ber8 tadi tetapi teman saya yang baru saja dateng yang semalam saya telponin semalaman tapi tak kunjung di angkat. Dia bang fani suhu saya dalam mendaki sudah tak terhitung berapa puncak yang telah ia raih bahkan ia sudah menyelesaikan 3 dari 7 puncak tertinggi Indonesia kalau sampai sukses pendakian kali ini sudah terhitung 4 dari 7 puncak tertinggi. Oh iya saya lupa memperkenalkan teman saya yang ber8 tadi, yang pertama ada fajar atau ujeng sapaan akrabnya yang memiliki tubuh yang tinggi di banding kita semua, lalu ada ferdi atau ucok yang memiliki rambut ikalnya, lalu adi yang tak kalah kece dengan kemeja kotak kotaknya, tegar dengan bibir yang mempesona hahaha, rian dengan tubuh yang mungil mereka ber5 yang menemani pendakian perdana saya kala itu, lalu ada bintang yang badannya tak kalah mungil dengan rian, lalu ada dafa dengan rambut seperti brokoli yang sering di lontarkan oleh kami semua sebagai candaan dan yang terakhir ada wira pria tambun dengan kulitnya yang putih saya dengar ini pendakian perdananya dalam dunia mendaki tapi tak masalah bagi kami selagi fisiknya kuat akan perjalanan yang cukup lama, saya sendiri tidak yakin bahwa dia bisa sampai puncak, tapi sudah lah tak perlu di pikirkan.
Jam sudah menunjuk pukul 10 siang angkutan umum membawa kami dari kemaraian kota menuju sebuah desa yang jalannya perlahan menarik. Angkot membawa kami menyelusuri ramainya kota sampai tiba di sebuah homestay tempat kami beristirahat sejenak untuk pendakian sore ini. Pukul setengah 2 siang mobil jeep membawa kami menuju desa yang lebih ditinggi tentu lebih dingin walaupun siang hari, mobil jeep melaju dengan kecepatan sedang dibawah terik mentari yang tak begitu panas saat itu terkadang jeep ini menembus kabut tipis yang menghalangi jalan dan pandangan sesekali jeep membunyikan klason agar mobil dari arah berlawanan mengetahui posisi kami dari bawah agar tidak terlalu mengebut. Belok demi belokan telah kami lalui begitu juga jalan yang menanjak kami tiba di sebuah gapura selamat datang atau bisa di sebut pintu gerbang menuju gunung bromo dan gunung semeru, jeep kami kembali melaju dan pemandangan sekitar sangat lah indah walau terkadang kabut menghalangi pandangan kami.
Tak terasa kami sampai di sebuah desa yang bernama ranu pani desa tempat kami memulai pendakian tak perlu lama kami meminta izin dengan apa yang telah kami boking beberapa minggu lalu dengan semua persyaratan persyaratan yang telah di tentukan oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, seperti matrai 6000, surat keterangan sehat, fotocopy ktp dan lain lain, lalu setelah itu kami masuk ke dalam ruangan yang cukup mampu menampung sekitar 50 orang disitu kami di beri tahu apa saja yang tidak boleh di lakukan di jalan menuju tempat camp dan puncak, diberi tahu jalan mana saja yang harus di ambil ketika bertemu dengan persimpangan di jalur, di beri tahu tanda tanda bahaya di jalur menuju puncak, dan yang terpenting tidak meninggalkan sampah dimanapun.
Jam sudah menunjuk ke arah setengah 5 sore cukup sore untuk memulai perjalanan tapi yasudah jalanin saja. Kami awali perjalanan ini dengan membaca doa agar selamat sampai tujuan dan bisa kembali kerumah dengan tubuh yang bernyawa. Jalur di awali dengan jalan beraspal dan berganti dengan jalan bertanah yang di awalnya saja sudah banyak debu bertanda sudah lama tak hujan kami berjalan dengan santai takkala siang akan berganti menjadi malam. Kami berjalan dan jalan terkadang terbesit di pikiran saya tentang kawah jonggrong saloko yang belum lama ini mengalami erupsi, saya mulai ragu akan bisa sampai puncak, saya meenyahkan keraguan lalu jalan lagi. Kami sampai pos 1 takkal hari yang sudah mulai gelap, lalu kami melanjutkan perjalanan kami, lalu kami berhenti di jalur tekala suara adzan magrib terdengar samar dari arah bawah arah pedesaan, sedikit meminum dan beristirahat, setelah itu kami berjalan lagi menuju pos 2 sesampainya di pos 2 kami tidak istirahat sampai kami tiba di sebuah jembatan merah yang mengingatkan saya bahwa tempat ini kental akan cerita mistis saya membaca sholawat dan sesekali mengucap salam dan permisi. Kami berjalan dan berjalan jarang sekali berpapasan dengan pendaki lain, kami beristirahat di sebuah tanah yang landai meminum air bekal yang disini terlihat tak ada wajah terlalu kecapean, memang jalan malam terlalu asik sehingga kami lupa kalau kami sudah jalan berjam jam, apalagi jalan mana tidak di payungin dengan jahat ya terik siang. Kami berjalan lagi dengan posisi saya paling belakang dan bang fani di depan saya, saya sesekali menengok ke arah belakang, tapi tidak ada apa apa cuman gelap yang saya lihat, saya berjalan terus berjalan mengikuti langkah rombongan saya, lalu saya mendengar suara tepakan kaki yang seakan akan mengikuti suaranya jelas tak samar akhirnya saya menengok ke arah belakang dan terkejutnya saya melihat seorang wanita cantik dengan rombongannya dan merekapun terkejut melihat saya yang tiba tiba berhenti, saya menyorotkan headlamp saya ke arah w wajah wanita itu lalu ia memantulkan cahayanya lewat kacamatanya, lalu saya berbalik ke arah depan yang rombongan saya sudah berada beberapa puluh meter dari saya, saya menyusul dengan cepat tidak lari hanya berjalan cepat dan sesekali memikirkan wanita yang cantik itu, tetapi saya sadar kalau ada hati yang haru saya jaga agar bisa tetap pulang. Kami berjalan dan berjalan sampai tiba di pos 3 yang warung disini masih buka tidak seperti pos 2 yang sudah tutup ketika kami lewati, disini kami beristirahat lama dan tak lama rombongan wanita itu tiba juga, disini saya lumayan banyak menghabiskan uang yang saya bawa dengan membeli potongan semangka yang rasanya lebih enak di banding di kota aneh memang aneh padahal sama saja tetapi ini benar benar lebih enak dan lebih seger di sini di bandingkan di kota. Perlahan banyak rombongan yang sampai di pos 3 ini untuk beristirahat dan beberapa rombongan sudah jalan ke arah ranu kumbolo tempat pertama untuk mendirikan tenda dan beberapa rombongan sedang menikmati potongan semangka dan menghangatkan badan dengan api unggun yang pakde warung buat, tapi tidak dengan rombongan wanita tersebut yang sudah jalan lebih dulu. Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan kami menaiki bukit turun bukit hingga tiba di sebuah selter pos 4 disini lampu tenda terlihat jelas dari kejauhan bertanda kami sudah hampir sampai di ranu kumbolo yang memiliki sejuta keindahan, tanpa istirahat kami melanjutkan perjalanan dan ketemu rombongan wanita itu yang sedang istirahat, kami melewati mereka dan akhirnya kami sampai di ranu kumbolo pada pukul 20.45 cukup malam, kami telah sampai di ranu kumbolo langsung mencari tempat untuk mendirikan tenda, kami menemukan tempat yang lumayan rata walaupun ada beberapa gumpalan tanah yang membuat alas tenda menjadi tidak rata, kami mendirikan tenda agak jauh dari tepi danau agar lebih jelas melihat keindahan ranu kumbolo yang berlatar belakang dua bukit yang seperti bentuk hati. Tenda telah jadi sudah saatnya kami menyantap bekal yang telah kami beli tadi di bawah, setelah itu kami menyeduh minuman hangat tak lupa juga menyeduh kopi oleh oleh dari Sulawesi yang bang fani beli di tanah Toraja, kopi khas Toraja. Setelah itu kami tidur.
Pada pukul 5.30 cukup pagi dan ketika itu ranu kumbolo sedang dingin dinginnya tapi tidak sedingin sikap dia yang saat itu sedang dekat dengan saya, eaea bucin hahaha. Serius, ranu kumbolo saat itu dingin tapi tidak sedingin sewaktu saya liat di instagram yang sampai beku dan embul es. Kami menikmati pagi di ranu kumbolo yang sedikit demi sedikit sang fajar mengintip dari balik bukit persis depan tenda kami. Pemandangan indah mentari pagi di temani kopi dan lagu indie, alah macam apa ini cerita wkwk. Serius lagi serius, mentari sudah mulai tinggi seiring air yang di atas nesting kami mulai mendidih saat memasukkan sayuran untuk sarapan pagi ini tak kala sarapan kami selesai kami sedikit berfoto foto, tidak sedikit si melainkan banyak berfoto foto, bagaimana tidak kecantikan ranu kumbolo yang tidak ada tandinganya. Jam sudah menunjuk pukul 9 pagi seiring kami yang mempacking barang bawaan kami, setalah semua selesai di packking kami memulai track menuju kali mati dengan berdoa. Awal track sudah menanjak, menanjak bukit cinta(namanya) yang konon bila kita tidak menengok ke belakang seseorang yang ada dalam pikiran kita yang sedang kita idam idamkan bisa menjadi kenyataan, tapi itu tidak berjalan mulus dengan ke adaan, rombongan yang penuh dengan lawakkan tidak mudah untuk jalan lurus ke atas tanpa menengok kebelakang. Contohnya ketika saya memanggil toge yang ada di depan saya lalu dia menengok ke belakang, ketika suara nafas wira yang boros akan menghirup oksigen dan ketika bang fani berbicara tentang ada yang berak di balik semak semak dekat dengan ranu kumbolo itu membuat kami menengok semua ke belakang wkwkwk. Setelah beberapa menit kami berjalan kami sampai atas bukit cinta di saat itu saya tersadar bahwa kita seharusnya banyak banyak bersyukur kurangi mengeluh. Karena, hidup ini akan indah bila kita banyak banyak bersyukur, dan hidup ini akan sangat sengsara jika kita terus mengeluh. Seperti kutipan buku Catatan Juang, karya Fiersa Besari "Orang-orang seperti kita, tidak pantas mati di tempat tidur," ucap Soe Hok Gie suatu ketika. Benar saja, aktivis tersebut tidur dalam keabadian di Gunung Semeru. Dan sungguh, hidup penuh bahaya seperti Soe Hok Gie, atau Christopher McCandless, jauh lebih baik dari pada hidup aman tapi terbelenggu dalam penjara kota.
Ya, kita dipenjara kota. Tak percaya? Baiklah. Kau bisa saja pergi untuk mengejar impianmu sekarang juga, detik ini juga. Tapi, dirimu malah memilih untuk berbaring di kamarmu yang hangat, membaca tulisan ini dalam kenyamananmu. Kau lupa bahwa di luar sana ada petualangan yang menantimu untuk menjadi manusia, untuk membuatmu sadar bahwa dirimu bukan mesin yang mesti sekolah, kuliah, lalu mati. Tanpa pernah mengerti kau dikirim ke muka bumi. Begitu kutipannya. Yang saya simpulkan dari kutipan tersebut adalah kita manusia di ciptakan untuk melakukan sesuatu hal yang kita sukai, tidak selalu tentang rutinitas. Hidup ini tidak akan monoton bila kita mau keluar dari zona nyaman kita, ada petualangan yang harus kita jalankan, ada impian yang harus kita buktikan, dan ada keluarga yang harus kita banggakan. Kita tidak akan pernah tau kapan kita akan di jemput sang ilahi, mungkin detik ini, hari ini, besok ataupun lusa. Yang terpenting kita jangan sampai meninggalkan kewajiban kita sebagai umat manusia.
Perjalanan di lanjutkan menuruni bukit cinta dan menginjakan ke oro oro ombo savan yang luas dengan ilalang yang cukup tinggi, sebenernya ini bukan ilalang melainkan pohon bunga yang bunganya tidak sedang mekar, coba saja bila kami kesini dan bunga ini sedang mekar mekarnya mungkin akan sangat indah. Tak lama kami berjalan kami sampai di cemoro kandang, disini ada warung yang menjual semangka dan gorengan. Disini saya banyak mengeluarkan uang bagaimana tidak semangka disini sangat segar yang membuat mulut ini tak henti untuk mengunyahnya. Sekitar 30 menitan kami lanjut untuk ke pos selanjutnya ialah jambangan, dari cemoro kandang ke jambangan tracknya benar benar menaik di sini vegetasi tak serapat dari basecamp ranu pani ke ranu kumbolo, matahari yang bersinar terang membuat keringat selalu bercucuran, sering kami beristirahat dan meminum air bekalan kami. Di saat kami istirahat ada peristiwa dimana ada seorang wanita membanting carriernya yang wanita tersebut bawa dan itu membuat kami tersenyum menahan ketawa bagaimana tidak itu sangat lucu karena kami pikir itu becanda dan ternyata itu tidak becanda, wanita itu benar benar cape akan carriernya yang ia bawa, kami menawarkan air dan madu yang kami bawa kepada rombongannya, ketika saya memerhatikannya ternyata ini wanita yang ada di belakang saya kita jalan malam menuju ranu kumbolo dan wanita ini juga yang tadi ada di cemoro kandang. Menit demi menit telah berlalu jalan semakin lama semakin menanjak curam tapi tidak juga wkwk, kami sampai di jambangan ketika matahari sedang terik teriknya cukup melelahkan dan lagi lagi semangka yang ada di warung pos ini sangat menggoda cukup sulit untuk di hindari hal hasil terpancing juga saya untuk membelinya setelah sekitar 30 menit beristirahat kami melanjutkan perjalanan, mulai dari sini jalannya mulai santai tidak banyak naik malah menurut saya jalannya menurun, tidak perlu waktu lama kami sampai di kalimati dan disini pemandangan puncak mahameru begitu indah, megah, gagah dan menyeramkan. Disisi lain terbenak di dalam pikiran saya apakah saya mampu manyampai puncak tertinggi pulau jawa. Mau tau lanjutannya? Sabar sabar, tunggu kelanjutan. Biar kaya orang orang hahaha
Mari kita rawat alam kita, bumi kita dan tanah air kita.
Salam lestari
Salam literasi
Sampai jumpa, kiss.
Komentar
Posting Komentar